4. Perkembangan Terkini

Gerakan/ [movement](https://www.google.de/search?q=Dictionary#dobs=movement) dapat didefinisikan sebagai “a group of people working together to advance their shared political, social, or artistic ideas.” Pendukung pengetahuan terbuka sangat beraneka ragam, termasuk masyarakat biasa, aktivis, staf pengajar, dan siswa di berbagai tingkat akademis dan karir serta lembaga penelitian, penerbit, pustakawan, pembuat kebijakan, dan LSM. Para anggota komunitas ini berasal dari berbagai negara dan latar belakang sosial ekonomi dan budaya. Walaupun demikian, perbedaan tersebut adalah kekuatan untuk gerakan pengetahuan terbuka dengan perspektif, pengalaman, kapasitas dan sumber daya yang beragam, dan juga menghadirka tantangan untuk perencanaan strategis.

Mungkin, persamaan terbesar diantara pemangku kepentingan pengetahuan terbuka adalah keyakinan akan pengadopsian pengetahuan terbuka adalh hal yang bagus dan akan membawa dampak positif bagi komunitas penelitian, lingkungan, ekonomi global dan masyarakat. Dengan persamaan ini, kami dapat mengidentifikasi tantangan dan peluang inti dalam pengetahuan terbuka untuk menentukan strategi yang bisa diadopsi pada tingkat yang berbeda dan di berbagai kelompok pemangku kepentingan. Dari sini, kita memperoleh kesadaran bersama dalam menindaklanjuti kemajuan pengetahuan terbuka.

4.1 Shared Perspectives

4.1.1 General Value Proposition

Pengetahuan terbuka membuat hasil penelitian dan praktik ilmiah menjadi lebih terakses dan inklusi serta memperluas wawasan kita dalam proses penelitian ilmiah.

4.1.2 Tujuan dan Visi Praktik-praktik penelitian dan komunikasi ilmiah terus berkembang. Walaupun faktanya situs web mulanya didesain sekitar 30 tahun yang lalu untuk memutuskan hirarki manajemen informasi dengan desentralisasi komunikasi ilmiah ([Berners-Lee, 1989](https://www.w3.org/History/1989/proposal.html)), penyebarluasan situs web telah meninggalkan model dan industri penerbitan yang belum ada sebelumnya.

Laju perubahan seperti itu dapat dikaitkan dengan berbagai macam pemangku kepentingan yang terlibat dalam domain ini, dengan kepentingan dan posisi yang kuat. Dengan demikian, satu perspektif umum adalah proses komunikasi ilmiah perlu semakin merangkul kekuatan teknologi Web-awal.Penyelarasan proses penelitian itu sendiri adalah apa yang disepakati secara global sebagai Pengetahuan Terbuka, dan telah ada peningkatan yang tidak dapat disangkal terkait inovasi dalam komunikasi ilmiah dalam 30 tahun terakhir. Visi utama adalah sumber daya pendidikan dan hasil penelitian, sebagai kebaikan umum masyarakat global harus dapat diakses secara gratis oleh publik yang ingin mendapatkan manfaat darinya, dan diintegrasikan ke dalam masyarakat yang lebih luas.

Visi utama kami adalah:

  1. Bahwa semua sumber pendidikan dan hasil penelitian, yang diaggap sebagai kebaikan bersama secara global, harus dapat diakses tanpa biaya oleh siapapun.
  2. Bahwa manfaat penelitian harus diintegrasikan kepada masyarakat luas.
  3. Bahwa siapapun seharusnya bersedia berkontribusi dan berpartisipasi dalam proses ini.

4.1.3 Definition as a ‘boundary object’

Ketika dipersepsikan sebagai “boundary object” ([Star, 1989](http://www.lchc.ucsd.edu/MCA/Mail/xmcamail.2012_08.dir/pdfMrgHgzULhA.pdf)), Pengetahuan terbuka memungkinkan kita untuk menyeimbangkan berbagai kelompok dan makna di antara praktik dari banyak komunitas. Oleh karena itu penciptaan dan pengelolaan objek adalah proses kunci dalam mengembangkan dan mempertahankan perpaduan lintas masyarakat.

Pada umumnya, aspek inti dari Pengetahuan Terbuka, dapat dibagi menjadi dua kategori: ilmu dan praktik dan prinsip dan nilai. Untuk yang dulu, hal ini berhubungan dengan aspek seperti Akses Terbuka, Data Terbuka, dan Sumber Terbuka. Prinsip utama Pengetahuan Terbuka, termasuk partisipasi, persamaan, transparansi, keadilan kognitif, kolaborasi, berbagi, keadilan, dan inclusivity: aspek yang sering tidak ada dalam pengetahuan biasa. Kombinasi dari praktik dan prinsip ini akan menghasilkan proses penelitian yang lebih baik. [Watson (2015)](https://genomebiology.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13059-015-0669-2) yakin aspek ini bukanlah hal yang eksklusif bagi Pengetahuan Terbuka, namun menjadi ciri utama pengetahuan secara umum.

Namun, kami mengakui bahwa untuk mengerti Pengetahuan Terbuka bukanlah hal yang mudah untuk sekarang. Kami sepenuhnya mengakui bahwa penghalang seperti itu harus diatasi untuk memaksimalkan partisipasi dan keterlibatan dengan prinsip dan praktik ([Masuzzo and Martens, 2017](https://doi.org/10.7287/peerj.preprints.2689v1)).

![Figure_4: Principles of Open Scholarship](images/image_3.png)

[Tony Ross-Hellauer (2017). Principles of Open Scholarship. Slideshare](https://www.slideshare.net/OpenAIRE_eu/peer-review-in-the-age-of-open-science). (CC BY).

4.1.4 Ekosistem Pengetahuan Terbuka

Empat elemen utama sebagai prasyarat pengadopsian pengetahuan terbuka:

  1. Pengguna: Kesadaran terhadap Pengetahuan terbuka untuk ikut serta melaksanakan praktik.
  2. Proses: Sarana pengetahuan terbuka yang dapat memandu adopsi praktik pengetahuan terbuka.
  3. Konteks: Komunitas dan sistem pendukung untuk menciptakan lingkungan pengetahuan terbuka yang berkelanjutan.
  4. Insentif: Motivasi untuk melaksanakan praktik pengetahuan terbuka.

![image alt text](image_4.png)

Diadaptasi dari [Foster Open Scholarship Taxonomy](https://www.fosteropenscience.eu/taxonomy/term/102) (CC BY 4.0). Harap perhatikan bahwa ini adalah taksonomi yang tidak tuntas dari semua aspek dari ‘Pengetahuan Terbuka’.

4.2 Variasi Perspektif

Selain kesamaan ini, ketegangan juga muncul dalam mengadopsi praktik pengetahuan terbuka. Pengetahuan terbuka adalah agenda berbagai pemangku kepentingan, yang beragam budaya, latar belakang dan kepentingannya sehingga solusi satu untuk semua dapat berpotensi merugikan kepentingan lokal (atau sebaliknya). Di sisi lain, ada kebutuhan untuk memastikan bahwa strategi digabungkan sehingga tindakan mereka yang memiliki tujuan serupa dengan tujuan silang. Seperti “garis-kesalahan” untuk penciptaan strategi yang kohesif:

4.2.1 Kekhususan Geografi

  • Ratusan inisiatif baik dari individu dan organisasi (http://oad.simmons.edu/oadwiki/Advocacy_organizations_for_OA) muncul untuk membantu mempromosikan akses terbuka (Open Access) pada tingkat berbeda-beda di seluruh dunia.
  • Ribuan inisiatif baik dari individu dan organisasi (https://oerworldmap.org/) muncul untuk membantu mempromosikan pendidikan terbuka (Open Education) pada tingkat berbeda-beda di seluruh dunia.
  • Penerbitan Akses terbuka dengan biaya mahal mendiskriminasi peneliti dari negara-negara dengan gaji rendah dan menengah (Low and Middle Income Countries - LMICs).
  • Layanan pengindeks terkenan, seperti scopus dan Web of Science, atau secara eksplisit bias terhadap jurnal dari negara berkembang, atau yang tidak memiliki bahasa Inggris sebagai bahasa utama ([Mongeon and Paul-Hus, 2016](https://doi.org/10.1007/s11192-015-1765-5)).
  • Untuk memastikan bahwa setiap narasi Sains Terbuka mengintegrasikan beragam pandangan dunia, pengalaman, dan tantangan di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Timur Tengah, sebagaimana diuraikan dalam [Open and Collaborative Science Manifesto](https://ocsdnet.org/manifesto/open-science-manifesto/).

4.2.2 kekhususan Disipliner

  • Seperti istilahnya ‘Ilmu Terbuka (Open Science)’ mengandung kata ‘Ilmu’, hal ini dapat berdampak buruk kepada peneliti dari bidang seni dan humaniora. Masalah ini tampaknya hanya terbatas pada penutur asli bahasa Inggris. Istilah lain seperti ‘e-Research’ dan ‘Digital Humanities’ menggambarkan praktik serupa di berbagai komunitas.
  • Perbedaan sikap dan tingkat penyerapan, perbedaan praktik. misalnya, banyak praktik ‘Ilmu Terbuka’ diarahkan pada penelitian empiris dan kuantitatif, oleh karena itu memerlukan struktur evaluasi dan insentif yang berbeda dari disiplin ilmiah lainnya.
  • Accounting for domain-specific issues. For example, accounting for variation in biological supplies from different laboratory companies is a significant issue in reproducibility for biological research. Open Access books are a major problem in the Humanities ([Eve, 2014](https://www.martineve.com/images/uploads/2014/11/Eve_2014_Open-Access-and-the-Humanities.pdf)), but less so in STEM, and are often sidelined as an issue as a result.
  • Sekarang ada beberapa pra cetak dari industri farmasi [pharmaceutical industry](https://openpharma.blog/2017/08/14/when-will-preprints-take-off-in-medicine/), dan tidak satupun yang menutupi data klinis utama. Saat ini ada banyak hambatan pra cetak di tempat kerja, termasuk kemungkinan materi yang belum ditinjau dilihat sebagai promosi, dan kemungkinan pembaca mengubah praktik klinis berdasarkan pada materi yang belum ditinjau oleh rekan kerja - namun diberi label pracetak.

https://opensource.guide/

4.2.3 Stakeholder specificities
  • Pertimbangkan berbagai pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan langsung terhadap pengembangan pengetahuan terbuka- Peneliti, mahasiswa, penyandang dana, manajer penelitian, masyarakat ilmiah, penyedia infrastruktur, industri, masyarakat luas, penerbit & penyedia layanan ilmu terbuka lainnya, [more …]. Masing-masing kelompok ini terlibat dalam agenda pengetahuan terbuka untuk alasan yang berbeda, dan seringkali tujuan ini akan menajadi konflik…

Mengenai Akses Terbuka, hanya ada sedikit konsensus tentang cara terbaik untuk ini di berbagai skala (geografis, kelembagaan, individu). The result of such ongoing tensions is, perhaps not surprisingly, the lack of well-defined strategic priorities for Open Scholarship. Conflicts between different stakeholder groups can often be distinguished based on competing interests, which filter through at multiple levels in communication, policy, and practices.

The result of this is that the relationship network of stakeholders engaged in scholarly communication, and in particular developments in Open Scholarship, is particularly complex. Some of the most highly debated points include:

  • Appropriate licensing schemes for research data;
  • Where funding for scholarly publishing activities should come from;
  • Who should be in charge of scholarly research infrastructure;
  • What the optimal model of Open Access should be, and what the traits of this are;
  • The role of charities, non-profit, and for-profit players; and
  • How to resolve conflicts between different stakeholders.

This is a non-exhaustive list, but highlights that conflict resolution in scholarly communication can come in a range of flavours, based around key issues such as academic freedom, governance structures, and financing.

4.3 Extent of Open Scholarship adoption to consider the movement successful

Ada banyak perbedaan pendapat, dan kurangnya konsensus, tentang pengadopsian pengetahuan terbuka agar dapat sukses. Part of this is due to the lack of well-defined objectives, which means that defining a pathway with clear cut stepping stones has been difficult, and remained clouded by the different competing stakeholders and multiplicity of complex processes.

However, some aspects are clear, which can be generally agreed upon by all stakeholders:

  • Transforming the present scholarly communications market so that it flips to Open Scholarship services as the default model for research processes and outputs.
  • Shifting public funding models to pay for the dissemination of services and outputs, rather than individual copies/subscriptions of content.
  • Providing sufficiently high quality and diversity of services to permit adequate choice for researchers.
  • Mainstreaming Open Scholarship so that it competes with traditional processes, in terms of reach, uptake, and incentivisation and reward.
  • Building a significant number of education, training and support systems based on Open Scholarship skills development.
  • Replacing entire research workflows by Open Scholarship methodologies.
  • Measurably increasing quality of research and achievement that leads to greater career prospects.
  • Adoption of open access by funding agencies; policies that explicitly allow use of preprints and other pre-publications in funding applications.